Taman Narmada terletak di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, sekitar 13 kilometer sebelah timur Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Taman yang luasnya sekitar 2 hektar ini dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok, Anak Agung Ngurah Karang Asem, sebagai tempat upacara Pakelem yang diselenggarakan setiap purnama kelima tahun Caka (Oktober-November). Sebenarnya upacara ini dilakukan di Danau Segara Anak di Gunung Rinjani, konon Sang Raja sudah terlalu tua untuk melakukan upacara ke gunung yang memiliki ketinggian 3.726m tersebut, maka beliau memerintahkan untuk membangun tempat yang bernuansa Gunung Rinjani ke tengah pusat kota. Selain tempat upacara, Taman Narmada juga digunakan sebagai tempat peristirahatan keluarga raja pada saat musim kemarau.
Nama Narmada diambil dari Narmadanadi, anak Sungai Gangga yang sangat suci di India. Bagi umat Hindu, air merupakan suatu unsur suci yang memberi kehidupan kepada semua makhluk di dunia ini.
Air yang memancar dari dalam tanah (mata air) diasosiasikan dengan tirta amerta (air keabadian) yang memancar dari Kensi Sweta Kamandalu. Dahulu kemungkinan nama Narmada digunakan untuk menamai nama mata air yang membentuk beberapa kolam dan sebuah sungai di tempat tersebut. Lama-kelamaan digunakan untuk menyebut pura dan keseluruhan kompleks Taman Narmada.
Air yang memancar dari dalam tanah (mata air) diasosiasikan dengan tirta amerta (air keabadian) yang memancar dari Kensi Sweta Kamandalu. Dahulu kemungkinan nama Narmada digunakan untuk menamai nama mata air yang membentuk beberapa kolam dan sebuah sungai di tempat tersebut. Lama-kelamaan digunakan untuk menyebut pura dan keseluruhan kompleks Taman Narmada.
Taman Narmada terbagi menjadi beberapa bagian,
yaitu Gerbang Utama, Paduraksa (Gapura Gelang), Telaga Padmawangi, Balaioji, Balai Terang, Patandaan, Banguan Sakapat, Balai Bancingah, Pura Kelasa, Pura Lingsar, Pesarean, Sanggah Pura, dan Balai Pamerajaan.
Balai Terang adalah sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat istirahat/tidur raja, berbentuk panggung yang seluruhnya terbuat dari kayu. Bagian atas bangunan yang terbuka dipergunakan untuk menikmati pemandangan ke arah Meru pura di sebelah timurnya. Pintu dan jendela Balai Terang ini bermotif bulan tunggal dan tumbuh-tumbuhan.
Pemandangan dari Balai Terang ke arah Pura |
0 komentar:
Post a Comment